DIPERSILAHKAN MENYEBARKAN ARTIKEL BLOG DENGAN MENYERTAKAN LINK SUMBERNYA

Senin, 14 September 2015

Menelisik Keamanahan Abu Ubaidah Iqbal (1)

SAKIT HATI ABU UBAIDAH IQBAL DIBERHENTIKAN DARI PEKERJAANNYA
MENGURUSI TASJILAT MARKIZ


Abu Usamah Adam bin Sholih bin Ubaid Al-Bajani Alu Iskandar Alam


    بسم الله الرحمن الرحيم

 :الحمد لله والصلاة و السلام على رسول الله وعلى آله و صحبه أجمعين أما بعد

Telah diketahui bersama bahwasanya termasuk diantara pilar-pilar yang membuat agama Islam yang lurus ini tetap tegak terjaga adalah adanya saling nasehat-menasehati diantara kaum muslimin,

Allah tabaroka wa ta'ala berfirman :

ﻭَﻟْﺘَﻜُﻦ ﻣِّﻨﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﺔٌ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻳَﺄْﻣُﺮُﻭﻥَ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻮْﻥَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤُﻨﻜَﺮِ ﻭَﺃُﻭْﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ

"Dan hendaklah ada diantara kalian sekelompok umat yang menyeru kepada kebaikan dan memerintahkan kepada perkara yang terpuji serta melarang dari kemungkaran dan mereka itulah orang-orang yang beruntung" [QS. Ali Imron ]

Allah subhanahu wa ta'ala dalam ayat di atas menjelaskan kriteria sifat orang yang meraih keberuntungan diantaranya yaitu mereka yang mencurahkan nasehat, mengajak kepada kebaikan serta mencegah dari kemungkaran, itulah diantara tanda kesuksesan.



Oleh karena itu Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dari sahabat Tamim Ad-daary radhiallahu anhu

الدين النصيحة

"agama ini adalah nasehat"

Dan diantara bentuk-bentuk nasehat tersebut adalah nasehat kepada keumuman kaum muslimin untuk cermat lagi cerdas dalam memilih seseorang yang akan mengajarkan kepada mereka perkara-perkara agama.

Al-imam Muslim rahimahullah dalam muqoddimah shohihnya menyebutkan sebuah riwayat dari Muhammad bin Sirin seorang tabi'in yang mulia, bahwasanya beliau berkata :

ﺇِﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺩِﻳﻦٌ ﻓَﺎﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻋَﻤَّﻦْ ﺗَﺄْﺧُﺬُﻭﻥَ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ

"sesungguhnya ilmu itu adalah agama, maka perhatikanlah kepada siapa kalian hendak mengambil perkara agama kalian"

Tidaklah perkara agama ini diambil dari para ahli kebatilan, para pendusta, para pencari ketenaran, pujian manusia terhadap perkara yang tidak dia lakukan, pencuri hak-hak orang lain, penyeleweng amanah dan yang sewarna dengan itu semua.

Telah cukup lama sebenarnya saya mendapati sekian tindak-tanduk dari saudara Abu Ubaidah Iqbal bin Damiri yang cukup membuat bulu kuduk berdiri geli, awalnya saya tidak ingin tersibukkan dengannya dikarenakan sosok semisal dia dan terlebih lagi yang jauh di bawah dia semisal Abu Muhammad Hardi alias Hasan bin Harun pembicara dadakan sebuah pentas kolosal "prahara fiyusy" yang sukses menggoncang dunia dakwah persalafian international di bawah bendera mirath.net yang kemudian menyatakan berlepas diri dari pentas dagelan tersebut.

Orang-orang semacam mereka sejatinya tidaklah cukup layak untuk ditanggapi, bobot kapasitas seorang Iqbal Damiri tidaklah cukup menggugah jiwa untuk tertarik membicarakan sosoknya, yang tak begitu penting dalam cakrawala dakwah salafiyah, melainkan hanyalah sekedar ‘peneliti ilmiah pakar fiqih dalam permasalahan aqiqoh’ (akan datang penjelasannya).

Namun dalam rangka nasehat kepada umat, juga dikarenakan beberapa hari ini banyak pertanyaan yang masuk kepada saya menanyakan perihal sosok Abu Ubaidah Iqbal yang berasal dari kota Cilacap Jawa Tengah.

Diantara pertanyaan yang cukup mengernyitkan dahi adalah kepastiaan benarkah Abu Ubaidah Iqbal bin Damiri yang telah dipekerjakan sebagai penata rekaman-rekaman/ tasjilat pelajaran asy-syaikh Abdurrahman Al-‘Adeni hafizhohullah dengan gaji yang lebih dari cukup telah melakukan sebuah tindakan kriminal pengkhianatan serta penyelewengan amanah dengan menghapus seluruh data rekaman tasjilat sebelum kepulangannya ke Indonesia?

Pertanyaan di atas menggugah saya untuk memastikan kebenaran kabar berita tersebut, diiringi sedikit rasa ketidakpercayaan atas perbuatan rendah semacam itu, maka saya pun bertanya langsung kepada al-akh Abdulah Al-A'rof Al-‘Adeni selaku penanggung jawab maktabah markiz dan tasjilatnya.

Saya kemudian mengajukan beberapa pertanyaan diantaranya

Pertanyaan pertama, benarkah Abu Ubaidah telah keluar dari tasjilat sejak 3 bulan sebelum keluar keputusan tarhil ?

Maka al-akh Abdullah a'rof menjawab:
"ya benar, namun dia tidaklah keluar dengan sendirinya, melainkan asy-syaikh Abdurrahman Al-‘Adeni memberhentikannya tatkala menyadari ketidak becusan Abu Ubaidah dalam menangani pekerjaannya, disamping kondisi keuangan markiz yang sedikit tersendat maka asy-syaikh pun melihat Abu Ubaidah tidaklah begitu diperlukan dalam menangani dapur rekaman tasjilat markiz, pekerjaan itu sendiri merupakan pemberian dari asy-syaikh Abdurrahman dalam rangka memberikan tunjangan ekonomi kepadanya dengan imbal balik bahwa Abu Ubaidah diminta untuk menertibkan data-data rekaman pelajaran di markiz Al-Fiyusy.

Pekerjaan itu pun mulanya tidak serta merta diterima Abu Ubaidah dengan tanpa sebab, sebagaimana sahabat karibnya yang bernama Abdul Hakam bin Ali At-Tamimi Al-Kadzab hadahullah yang begitu sangat memahami seluk beluk seorang Iqbal Damiri yang pernah hampir dia tempeleng di dalam masjid (semoga beliau tidak pura-pura lupa) menceritakan kepada saya yang maknanya adalah bahwa Abu Ubaidah mengemis secara halus dengan meminta pekerjaan kepada asy-syaikh Abdurrahman berupa membersihkan kamar mandi masjid, asy-syaikh Abdurraman pun tak kuasa menahan iba, kemudian setelah berpikir sejenak, beliau pun memutuskan untuk mencarikan pekerjaan yang layak bagi Abu Ubaidah.

Maka Asy-syaikh pun memberikan amanah kepada Abu Ubaidah untuk menertibkan data-data rekaman pelajaran dengan imbal balik uang sebesar lebih dari cukup.

Namun apakah akhir kesudahan itu semua ??

Sungguh termasuk diantara kesesatan dan kebatilan yang tumbuh subur dalam dekade belakangan ini adalah sikap ghuluw tak terbimbing, sikap itu pulalah yang menggiring sekte haddadiyyah ke dalam jurang kegelapan, diantara poin-poin kesesatan sekte tersebut adalah pendapat mereka tentang wajibnya membakar/ menghancurkan kitab Fathul bari dan seluruh kitab yang padanya terdapat kesalahan aqidah, sikap ghuluw nan ekstrim tersebut dikarenakan penganggapan mereka bahwa kitab-kitab semisal di atas merupakan kitab ahli bid'ah serta barangsiapa yang membacanya maka dia sungguh telah terjatuh pada kebid'ahan (lihat penjelasan asy-syaikh Adil Manshur disini atau disini)

Pemikiran itu pula yang melandasi seorang Iqbal dan asisten kesayangannya Abu Bakar Mulkhlas dari kota Jombang untuk melakukan penghapusan serta pengacakan data-data durus tasjilat markiz darul hadits Al-Fiyusy, nas'alullah assalamah wal afiyah.

Kemudian pertanyaan kedua pun saya ajukan, benarkah bahwa Abu Ubaidah telah menyerahkan seluruh data tasjilat kepada al-akh Abdullah al-A'rof dengan rapi dan teratur sehingga nantinya sang penerus pekerjaan yang menggantikan Abu Ubaidah dapat dengan mudah melanjutkan pekerjaannya?

Jujurkah Iqbal bin Damiri terhadap apa yang telah dia nyatakan? Jawabannya adalah tidak sama sekali ! Dan dia sungguh telah berdusta serta bertadlis ria sebagaimana adat kebiasaan dia yang senantiasa merasa kenyang terhadap sesuatu yang tak dimilikinya, menghiasi dirinya dengan sifat yang terpuji berupa mengemban amanah dengan baik serta memiliki sifat memudahkan orang lain yang akan melanjutkan pekerjaan dia padahal sejatinya sungguh busuk perilakunya.

Untuk membuktikan kedustaan tersebut berikut ini adalah bukti-bukti yang diambil dari laptop tasjilat markiz yang tidak mengalami perubahan sama sekali sejak al-akh Abdullah menerimanya dari salah seorang ikhwah yang mengambil laptop tersebut dari Iqbal atas perintah al-akh Fauzi. Hal tersebut sebagaimana penuturan akh Abdullah bahwa Iqbal senantiasa mengulur-ulur waktu setiap kali diminta untuk mengembalikan laptop tersebut.


Gambar 01. Sakit Hati Iqbal

Gambar 02. Sakit Hati Iqbal

Gambar 03. Sakit Hati Iqbal

Gambar 04. Sakit Hati Iqbal

Gambar 05. Sakit Hati Iqbal

Gambar 06. Sakit Hati Iqbal

Gambar 07. Sakit Hati Iqbal

Gambar 08. Sakit Hati Iqbal


Lain Iqbal lain pula Abu Bakar Mukhlas, yang telah diamanati selama sekian waktu lamanya untuk merekam serta mendata setiap durus, dengan diserahi tiga buah alat perekam dan sebuah laptop yang itu semua merupakan waqof dari muhsinin untuk kepentingan umat, namun semalam sebelum kepulangan dia ke Indonesia seluruh alat rekam dan laptop dia kembalikan kepada dokter Abu Maimunah Rosyid dalam keadaan kosong hanya tersisa beberapa buah muhadhoroh sebagian masyayikh.

Duhai Iqbal, mana itu kejujuran yang engkau telah dengan bangga mengaku-akuinya, mana itu amanah yang engkau hiasai dirimu dengannya, siapa ulama kalian yang telah mengajarkan amanah dan kejujuran palsu seperti itu?! Jantankah dirimu untuk berkata benar terhapad perilaku rendah Abu Bakar Mukhlas, sebagaimana pengakuan jujurmu bahwa tindakan tersebut bukanlah tindakan menjunjung amanah sebagaimana para ulama kalian mengajarkannya?? Duhai kiranya siapakah ulama yang telah kalian nistakan tersebut.

Seperti itukah polah tingkah serta tindak tanduk orang-orang yang telah dengan percaya diri mengaku di atas bimbingan ulama kibar.

Allahul Musta'an...

Kamis, 7 Jumadil Awwal 143
Darul Hadits Al-Fiyusy


Thullabul Ilmi Yaman