BAHKAN DIA MENGHAJR KAKAKNYA SENDIRI YANG
JAUH LEBIH BAIK DARINYA
Sesungguhnya
termasuk tanda dari tanda-tanda benarnya kenabian kerasulan Muhammad
shalallahu alaihi wa sallam adalah pengkhabaran beliau akan sesuatu yang kelak
terjadi di masa yang akan datang, dari sekian banyaknya khabar yang beliau
sampaikan dan kemudian terjadi di masa setelah beliau adalah khabar tentang
tanda-tanda dekatnya hari kiamat, diantara sekian tanda itu ialah dirujuknya
ilmu dari kalangan orang-orang cilik dan dibenarkannya para pendusta serta
didustakannya orang-orang jujur.
Fenomena yang
belakangan ini merebak terkhusus di dunia dakwah persalafian di Indonesia
adalah munculnya orang-orang yang
menyangka serta mengaku-aku sebagai kelompok yang senantiasa rujuk kepada ulama
kibar namun dalam prakteknya mereka sejatinya hanyalah merujuk kepada
orang-orang kelas dua yang dalam istilah Asy-Syaikh Al-'Allamah Ubaid Al-Jabiri
hafidzahullah populer dengan istilah syuyukhul faja'ah/ para syaikh karbitan.
Pada kesempatan ini
saya akan berbicara sedikit tentang biografi singkat seorang Yasin Al-Adeni hadahullah.
Dia adalah Abul
Abbas Yasin Al-Adeni merupakan salah satu mantan pengajar di darul hadits
Al-Fiyusy, sebelum pada sekitar pertengahan/ akhir tahun 2011 untuk pertama
kalinya seorang Yasin dipanggil dengan sebutan "syaikh" dan orang
yang pertama kali menggelarinya dengan sebutan tersebut adalah syaikh kami
Al-'Allamah Al-Faqih Abdurrahman Al-Adeni hafidzahullah
dalam rangka memberi semangat kepada Yasin dalam berdakwah, sejak saat itu
banyak yang berubah pada diri seorang syaikh kecil Yasin terutama dari sisi
pencitraan diri, Yasin mulai sedikit menjaga image kepada para thulab,
kebiasaan nongkrong sore hari dengan teh susu di warung Jawwad selepas mengajar
tak pernah terlihat lagi, tak ada lagi sikap tawadhu' jika ada thulab yang
mencoba bertanya kepadanya Yasin melayaninya sambil terus berjalan cepat
terburu-buru seakan-akan dia sangat menjaga waktunya.
Suatu hari dalam
sebuah pelajaran umum membahas kitab matan
al-baiquniyyah, syaikh kami menguji para thulab untuk menyetorkan hafalan
matan yang dipelajari, termasuk dari yang ditunjuk kala itu adalah Yasin, maka
Yasin pun tak bisa menjawabnya dan berkata "insyaallah di kesempatan yang lain", ironisnya seorang bocah
berusia 2,5 tahun dengan lancar membaca matan
tersebut secara hafalan.
Suatu waktu dalam
kesempatan yang lain pada pelajaran aqidah
at-thohawiah saya sengaja mengangkat pertanyaan kepada Yasin melalui
secarik kertas tentang sosok Ali Hasan Al-Halabi dengan tujuan agar dia
menjelaskan penyimpangan Al-Halabi, hal itu saya lakukan karena di dalam
majelis terdapat sekitar dua orang thulab Indonesia yang masih berkerabat
dengan Abdul Hakam At-Tamimi Al-Kadzub yang didatangkan olehnya demi beberapa
lembar $dolar$ dari salah satu
pondok sururi terbesar di Indonesia yang begitu gandrung dalam mengidolai sosok
Ali Al-Halabi dan membelanya, namun jawaban seorang Yasin begitu dingin dengan
mengatakan "ALI AL-HALABI MAJRUH
DI SISI PARA ULAMA", begitu pula pada kesempatan yang lain seusai
pelajaran aqidah thohawiyyah saya
berjalan pulang dengannya bersama-sama, di sela perjalanan saya mencoba
menanyakan tentang beberapa maqolat/
pernyataan doktor Ibrahim Ar-Ruhaili yang dikritik oleh para ulama terkait
permasalah ru'yatullah namun Yasin memberikan jawaban yang mengambang tak
jelas.
Diantara seluruh
thulab Indonesia di markiz Al-Fiyusy bisa dibilang saya termasuk yang paling
dekat dengannya karena rumah kami yang berhadapan, kami bertetangga kurang
lebih selama 1,5 tahun, muamalah antara saya dan Yasin lebih mirip kepada
muamalah antar tetangga dibanding muamalah antara seorang guru dan murid,
sementara para ikhwah memanggilnya dengan sebutan syaikh saya hanya
memanggilnya dengan kunyah, hampir tiap malam selepas isya' di musim panas
Yasin dan teman-temannya sering nongkrong di depan rumahnya duduk-duduk di atas
gundukan pasir sisa-sisa bangunan, mereka berkumpul-kumpul serta
berbincang-bincang hingga larut malam, tak jarang terbahak, itulah sepenggal
kisah tentang biografi seorang Yasin Al-Adeni hadahullah sosok yang dielu-elukan secara mendadak sebagai rujukan
umat dalam fitnah yang sedang terjadi ini.
Kedengkian serta
sakit hati yang akut seorang Yasin kepada syaikhnya Al-'Allamah Al-Faqih
Abdurrahman Al-Adeni hafidzahullah
tampak sangat nyata dalam seluruh tulisan-tulisannya yang begitu tidak
berbobot, suatu hal yang kontras apabila kita melihat hasil-hasil karyanya
dalam pentahqiqan sebuah kitab, dendam kesumat dia serta sakit hati yang
mengakar termuntahkan dalam tulisan-tulisan dia yang begitu tampak mengarah
kepada permusuhan yang fajir. Suatu yang justru tidak pernah sedikitpun dia
lakukan terhadap Al-Hajurri di masa fitnahnya.
Kesombongan dan
sikap lancang serta kurang ajar seorang Yasin Al-Adeni dikalangan teman-teman
sejawatnya maupun kerabatnya merupakan sesuatu yang bukan rahasia lagi, bahkan dia menghajr kakaknya sendiri yang
jauh lebih baik darinya. Yasin pun jarang sekali mengunjungi orangtuanya, bagaimana tidak sedangkan terhadap Allah dan
rasul-Nya saja seorang Yasin begitu berani melampaui batas, sesuatu yang
membuat dada sesak tatkala mendapati Yasin seorang pengajar dalam bidang aqidah
dan manhaj namun lisannya begitu keji terhadap hak Allah serta kehormatan
seorang nabi.
bersambung… insyaAllah
Thullabul Ilmi Yaman