SAKIT
HATI ABU UBAIDAH IQBAL DIBERHENTIKAN DARI PEKERJAANNYA
MENGURUSI TASJILAT MARKIZ
MENGURUSI TASJILAT MARKIZ
Abu Usamah Adam bin Sholih bin Ubaid Al-Bajani Alu Iskandar Alam
بسم الله الرحمن الرحيم
:الحمد لله والصلاة و السلام على رسول الله وعلى آله و صحبه أجمعين أما بعد
Telah diketahui bersama bahwasanya termasuk
diantara pilar-pilar yang membuat agama Islam yang lurus ini tetap tegak
terjaga adalah adanya saling nasehat-menasehati diantara kaum muslimin,
Allah tabaroka
wa ta'ala berfirman :
ﻭَﻟْﺘَﻜُﻦ ﻣِّﻨﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﺔٌ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻳَﺄْﻣُﺮُﻭﻥَ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻮْﻥَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤُﻨﻜَﺮِ ﻭَﺃُﻭْﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
"Dan hendaklah ada diantara kalian sekelompok
umat yang menyeru kepada kebaikan dan memerintahkan kepada perkara yang terpuji
serta melarang dari kemungkaran dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung" [QS. Ali Imron ]
Allah subhanahu
wa ta'ala dalam ayat di atas menjelaskan kriteria sifat orang yang meraih
keberuntungan diantaranya yaitu mereka yang mencurahkan nasehat, mengajak
kepada kebaikan serta mencegah dari kemungkaran, itulah diantara tanda
kesuksesan.
Oleh karena itu Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Al-Imam Muslim dari sahabat Tamim Ad-daary radhiallahu anhu
الدين النصيحة
"agama ini adalah nasehat"
Dan diantara bentuk-bentuk nasehat tersebut adalah
nasehat kepada keumuman kaum muslimin untuk cermat lagi cerdas dalam memilih
seseorang yang akan mengajarkan kepada mereka perkara-perkara agama.
Al-imam Muslim rahimahullah
dalam muqoddimah shohihnya menyebutkan sebuah riwayat dari Muhammad bin Sirin
seorang tabi'in yang mulia, bahwasanya beliau berkata :
ﺇِﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺩِﻳﻦٌ ﻓَﺎﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻋَﻤَّﻦْ ﺗَﺄْﺧُﺬُﻭﻥَ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ
"sesungguhnya ilmu itu adalah agama, maka
perhatikanlah kepada siapa kalian hendak mengambil perkara agama kalian"
Tidaklah perkara agama ini diambil dari para ahli
kebatilan, para pendusta, para pencari ketenaran, pujian manusia terhadap
perkara yang tidak dia lakukan, pencuri hak-hak orang lain, penyeleweng amanah
dan yang sewarna dengan itu semua.
Telah cukup lama sebenarnya saya mendapati sekian
tindak-tanduk dari saudara Abu Ubaidah Iqbal bin Damiri yang cukup membuat bulu
kuduk berdiri geli, awalnya saya tidak ingin tersibukkan dengannya dikarenakan
sosok semisal dia dan terlebih lagi yang jauh di bawah dia semisal Abu Muhammad
Hardi alias Hasan bin Harun pembicara dadakan sebuah pentas kolosal
"prahara fiyusy" yang sukses menggoncang dunia dakwah persalafian
international di bawah bendera mirath.net yang kemudian menyatakan berlepas
diri dari pentas dagelan tersebut.
Orang-orang semacam mereka sejatinya tidaklah cukup
layak untuk ditanggapi, bobot kapasitas seorang Iqbal Damiri tidaklah cukup
menggugah jiwa untuk tertarik membicarakan sosoknya, yang tak begitu penting
dalam cakrawala dakwah salafiyah, melainkan hanyalah sekedar ‘peneliti ilmiah
pakar fiqih dalam permasalahan aqiqoh’ (akan datang penjelasannya).
Namun dalam rangka nasehat kepada umat, juga
dikarenakan beberapa hari ini banyak pertanyaan yang masuk kepada saya
menanyakan perihal sosok Abu Ubaidah Iqbal yang berasal dari kota Cilacap Jawa
Tengah.
Diantara pertanyaan yang cukup mengernyitkan dahi
adalah kepastiaan benarkah Abu Ubaidah Iqbal bin Damiri yang telah dipekerjakan
sebagai penata rekaman-rekaman/ tasjilat pelajaran asy-syaikh Abdurrahman
Al-‘Adeni hafizhohullah dengan gaji
yang lebih dari cukup telah melakukan sebuah tindakan kriminal pengkhianatan
serta penyelewengan amanah dengan menghapus seluruh data rekaman tasjilat
sebelum kepulangannya ke Indonesia?
Pertanyaan di atas menggugah saya untuk memastikan
kebenaran kabar berita tersebut, diiringi sedikit rasa ketidakpercayaan atas
perbuatan rendah semacam itu, maka saya pun bertanya langsung kepada al-akh Abdulah
Al-A'rof Al-‘Adeni selaku penanggung jawab maktabah markiz dan tasjilatnya.
Saya kemudian mengajukan beberapa pertanyaan
diantaranya
Pertanyaan pertama, benarkah Abu Ubaidah telah
keluar dari tasjilat sejak 3 bulan sebelum keluar keputusan tarhil ?
Maka al-akh Abdullah a'rof menjawab:
"ya benar, namun dia tidaklah keluar dengan
sendirinya, melainkan asy-syaikh Abdurrahman Al-‘Adeni memberhentikannya
tatkala menyadari ketidak becusan Abu Ubaidah dalam menangani pekerjaannya,
disamping kondisi keuangan markiz yang sedikit tersendat maka asy-syaikh pun
melihat Abu Ubaidah tidaklah begitu diperlukan dalam menangani dapur rekaman
tasjilat markiz, pekerjaan itu sendiri merupakan pemberian dari asy-syaikh
Abdurrahman dalam rangka memberikan tunjangan ekonomi kepadanya dengan imbal
balik bahwa Abu Ubaidah diminta untuk menertibkan data-data rekaman pelajaran
di markiz Al-Fiyusy.
Pekerjaan itu pun mulanya tidak serta merta
diterima Abu Ubaidah dengan tanpa sebab, sebagaimana sahabat karibnya yang
bernama Abdul Hakam bin Ali At-Tamimi Al-Kadzab hadahullah yang begitu sangat memahami seluk beluk seorang Iqbal
Damiri yang pernah hampir dia tempeleng
di dalam masjid (semoga beliau tidak pura-pura lupa) menceritakan kepada saya
yang maknanya adalah bahwa Abu Ubaidah mengemis secara halus dengan meminta
pekerjaan kepada asy-syaikh Abdurrahman berupa membersihkan kamar mandi masjid,
asy-syaikh Abdurraman pun tak kuasa menahan iba, kemudian setelah berpikir
sejenak, beliau pun memutuskan untuk mencarikan pekerjaan yang layak bagi Abu
Ubaidah.
Maka Asy-syaikh pun memberikan amanah kepada Abu
Ubaidah untuk menertibkan data-data rekaman pelajaran dengan imbal balik uang
sebesar lebih dari cukup.
Namun apakah akhir kesudahan itu semua ??
Sungguh termasuk diantara kesesatan dan kebatilan
yang tumbuh subur dalam dekade belakangan ini adalah sikap ghuluw tak
terbimbing, sikap itu pulalah yang menggiring sekte haddadiyyah ke dalam jurang kegelapan, diantara poin-poin kesesatan
sekte tersebut adalah pendapat mereka tentang wajibnya membakar/
menghancurkan kitab Fathul bari dan seluruh kitab yang padanya terdapat
kesalahan aqidah, sikap ghuluw nan ekstrim tersebut dikarenakan
penganggapan mereka bahwa kitab-kitab semisal di atas merupakan kitab ahli
bid'ah serta barangsiapa yang membacanya maka dia sungguh telah terjatuh pada
kebid'ahan (lihat penjelasan asy-syaikh Adil Manshur disini atau disini)
Pemikiran itu pula yang melandasi seorang Iqbal dan
asisten kesayangannya Abu Bakar Mulkhlas dari kota Jombang untuk melakukan
penghapusan serta pengacakan data-data durus tasjilat markiz darul hadits
Al-Fiyusy, nas'alullah assalamah wal afiyah.
Kemudian pertanyaan kedua pun saya ajukan, benarkah
bahwa Abu Ubaidah telah menyerahkan seluruh data tasjilat kepada al-akh
Abdullah al-A'rof dengan rapi dan teratur sehingga nantinya sang penerus
pekerjaan yang menggantikan Abu Ubaidah dapat dengan mudah melanjutkan
pekerjaannya?
Jujurkah Iqbal bin Damiri terhadap apa yang telah
dia nyatakan? Jawabannya adalah tidak sama sekali ! Dan dia sungguh telah
berdusta serta bertadlis ria
sebagaimana adat kebiasaan dia yang senantiasa merasa kenyang terhadap sesuatu
yang tak dimilikinya, menghiasi dirinya dengan sifat yang terpuji berupa
mengemban amanah dengan baik serta memiliki sifat memudahkan orang lain yang
akan melanjutkan pekerjaan dia padahal sejatinya sungguh busuk perilakunya.
Untuk membuktikan kedustaan tersebut berikut ini
adalah bukti-bukti yang diambil dari laptop tasjilat markiz yang tidak
mengalami perubahan sama sekali sejak al-akh Abdullah menerimanya dari salah
seorang ikhwah yang mengambil laptop tersebut dari Iqbal atas perintah al-akh
Fauzi. Hal tersebut sebagaimana penuturan akh Abdullah bahwa Iqbal senantiasa
mengulur-ulur waktu setiap kali diminta untuk mengembalikan laptop tersebut.
Gambar 02. Sakit Hati Iqbal
Gambar 03. Sakit Hati Iqbal
Gambar 04. Sakit Hati Iqbal
Gambar 05. Sakit Hati Iqbal
Gambar 06. Sakit Hati Iqbal
Gambar 07. Sakit Hati Iqbal
Gambar 08. Sakit Hati Iqbal
Lain Iqbal lain pula Abu Bakar Mukhlas, yang telah
diamanati selama sekian waktu lamanya untuk merekam serta mendata setiap durus,
dengan diserahi tiga buah alat perekam dan sebuah laptop yang itu semua
merupakan waqof dari muhsinin untuk kepentingan umat, namun semalam sebelum
kepulangan dia ke Indonesia seluruh alat rekam dan laptop dia kembalikan kepada
dokter Abu Maimunah Rosyid dalam keadaan kosong hanya tersisa beberapa buah
muhadhoroh sebagian masyayikh.
Duhai Iqbal, mana itu kejujuran yang engkau telah
dengan bangga mengaku-akuinya, mana itu amanah yang engkau hiasai dirimu
dengannya, siapa ulama kalian yang telah mengajarkan amanah dan kejujuran palsu
seperti itu?! Jantankah dirimu untuk berkata benar terhapad perilaku rendah Abu
Bakar Mukhlas, sebagaimana pengakuan jujurmu bahwa tindakan tersebut bukanlah
tindakan menjunjung amanah sebagaimana para ulama kalian mengajarkannya?? Duhai
kiranya siapakah ulama yang telah kalian nistakan tersebut.
Seperti itukah polah tingkah serta tindak tanduk
orang-orang yang telah dengan percaya diri mengaku di atas bimbingan ulama
kibar.
Allahul
Musta'an...
Kamis, 7 Jumadil Awwal 143
Darul Hadits Al-Fiyusy
Thullabul Ilmi Yaman
Thullabul Ilmi Yaman