DIPERSILAHKAN MENYEBARKAN ARTIKEL BLOG DENGAN MENYERTAKAN LINK SUMBERNYA

Rabu, 09 September 2015

Tidak Ada Udzur & Syarat Untuk Pencela Nabi

TIDAK ADA UDZUR SELAMA-LAMANYA TERHADAP PENCELA SEORANG NABI


Asy-Syaikh Al-'Allamah
Prof. Dr. Rabi' bin Hadi Al-Madkholi hafidzahullah


أما قضية طعنه في نبي الله موسى و القول بخلق القرآن فهذه لا تحتاج في نظري إلى إقامة حجة لأن الحجة فيها قائمة بذاتها فعند المسلمين وعند اليهود و عند النصارى وحتى عند يمكن عند الهنادك يعرفون مقام موسى عليه الصلاة و السلام ويعرفون أنه نبي كريم و ما أظنهم يسخرون به كما سخر منه السيد قطب عامله الله بما يستحق.

والسلف كفروا من ينتقص نبيا من الأنبياء ولا يقبلون له عذرا أبدا لأن هذا من البدعيات التي يعرفها حتى أجهل الناس فكيف بسيد قطب فلا يشترط أن تقام عليه الحجة ! الحجة في أمور التي تخفى أما إذا كان أمرا معلوما من الدين بالضرورة فيجهله أو يخدش فيه ويسخر منه فهذا حجة قائمة فيها ولا تحتاج إلى من يقيم على من يخدش فيها إلى إقامة الحجة

"Adapun permasalahan celaan dia terhadap nabiyullah Musa dan ucapan dia bahwa Al-Qur'an adalah makhluk maka yang demikian itu dalam pandanganku tidaklah membutuhkan penegakan hujjah, dikarenakan hujjah pada permasalahan tersebut telah tegak dengan sendirinya.



Di sisi kaum muslimin dan yahudi dan nasrani dan bahkan mungkin di sisi al-hanadik mereka semua mengetahui kedudukan seorang Musa alaihis sholatu wassalam dan mereka pun mengetahui bahwasanya dia adalah seorang nabi Allah yang mulia dan aku tidaklah menduga bahwasanya mereka memperolok-olok Musa sebagaimana Sayyid Quthub melakukannya -semoga Allah membalasnya dengan ganjaran yang setimpal-

Dan para salaf mereka telah mengkafirkan siapa saja yang menganggap sosok seorang nabi diantara para nabi dengan kekurangan dan tidak pula menerima udzur dari mereka selama lamanya !

Dikarenakan yang demikian itu merupakan kebid'ahan-kebid'ahan yang bahkan orang yang paling bodoh pun mengetahuinya maka bagaimanakah dengan sosok Sayyid Quthub ?!

Maka tidaklah dipersyaratkan untuk ditegakkan padanya hujjah !

Hujjah itu ditegakkan pada perkara-perkara yang tersamarkan, adapun apabila pada permasalahan yang telah diketahui dalam agama ini secara urgensi/ darurat kemudian dia jahil/ bodoh dalam permasalahan tersebut atau dia mengoyak -kehormatan- seorang nabi dan mencemoohnya maka yang demikian itu hujjah telah tegak pada permasalahan tersebut dan tidaklah butuh kepada orang yang melakukan hal tersebut penegakan hujjah "



Thullabul Ilmi Yaman