ASY-SYAIKH MUQBIL KEMUDIAN MENGATAKAN KEPADA MASING-MASING NAMA-NAMA YANG DIPANGGIL TERSEBUT,"KAMU TERUSIR !"
Oleh: Abu Usamah Adam bin Sholih bin
‘Ubaid Al-Bajani alu Iskandar Alam
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول الله محمد الأمين وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد
Muqoddimah
Sesungguhnya mengetahui perkara-perkara yang jelek
dalam pandangan agama dalam rangka agar tak terjatuh padanya merupakan perkara
yang dituntut, dan di antara perkara-perkara yang jelek tersebut adalah
mengenal serta mengetahui ciri dan sifat da'i-da'i penyeru kebatilan agar kita
dapat waspada dan berhati-hati untuk tidak mengambil ilmu agama ini dari
mereka, sebagaimana salah seorang sahabat dengan semangat menanyakan perkara
tersebut kepada Rasulullah shalallahu
alaihi wasallam,
يا رسول الله صفهم لنا
"wahai Rasulullah jelaskanlah sifat/ ciri
mereka kepada kami"
Termasuk di antara wajah-wajah baru yang belakangan
ini mendadak tenar dan dielu-elukan oleh sebagian kaum terkhusus di negeri kita
tercinta Indonesia, dimana beberapa tahun yang belum lama berlalu namanya sama
sekali tak dikenal dalam dunia persalafian internasional adalah seorang yang
bernama ali bin husein bin abdillah asy-syarfi yang terkenal dengan julukan ali
al-hudzaifi, siapakah dia dan bagaimanakah kiprahnya dalam dunia tholabul ilmi
dan dakwah, maka tidak ada salahnya untuk kita mengkaji sedikit tentang
biografi seorang ali al-hudzaifi yang dia tuliskan sendiri dengan tangannya
pada tanggal 25 jumadil akhir 1435 h, sekitar 3 bulan sebelum terjadinya
perjanjian al-watsiqoh yang dilakukan oleh asy-syaikh muhammad al-imam
hafidzahullah.
TEMPAT
TANGGAL LAHIR DAN MASA PERTUMBUHAN
Ali Al-Hudzaifi lahir pada tanggal 15 juli 1969 di
daerah Khormaksar, ‘Aden. Orang tua Ali Al-Hudzaifi
kemudian pindah ke sebuah perkampungan yang sempit dan padat di daerah Qollu'ah,
‘Aden disaat Ali Al-Hudzaifi masih kecil.
Ttatkala dia mulai memasuki usia sekolah,
orangtuanya memasukkannya ke sebuah sekolah umum tingkat SD.
Tatkala usianya menginjak usia 16 tahun sekitar
tahun 1985, Ali Al-Hudzaifi muda yang kala itu masih duduk di kelas 2 SMA di
sebuah sekolah umum di ‘Aden mulai mengenal sunnah dan tak sampai lulus, Ali Al-Hudzaifi
akhirnya putus sekolah.
Ali Al-Hudzaifi muda kemudian mengikuti kursus
ketrampilan di sebuah ma'had/ lembaga pendidikan di daerah Manshuroh, ‘Aden
sebagai bekal persiapan untuk terjun di dunia kerja.
Setelah lulus dari ma'had tersebut pada tahun 1988,
Ali Al-Hudzaifi kemudian mengikuti wajib militer yang ditetapkan oleh
pemerintah republik yaman selatan kala itu selama rentang waktu dua tahun demi mendapatkan
sertifikat yang menerangkan bahwa dia telah mengikuti program wajib militer
yang ditetapkan oleh pemerintah. Sertifikat tersebut juga sebagai syarat mutlak
bagi setiap warga untuk dapat melamar pekerjaan.
Setelah lulus dari program wajib militer Ali Al-Hudzaifi
pun kemudian kembali pulang ke ‘Aden dan bekerja sebagai kuli bangunan selama
dua bulan dan usianya saat itu menginjak 21 tahun.
Tak lama setelah itu terjadilah persatuan antara
yaman utara dan yaman selatan, kedua negara tersebut kemudian melebur menjadi
satu negara pada pertengahan bulan Mei tahun 1990.
RIHLAH MENUNTUT ILMU KE DAMMAJ
Pasca bersatunya utara dan selatan jadilah akses
masuk dari wilayah selatan menuju wilayah utara menjadi mudah, banyak pemuda
dari wilayah selatan mulai berbondong-bondong menuju Dammaj untuk menuntut ilmu
di sisi Al-Imam Al-Muhaddits Muqbil Al-Wadi'i rahimahullah tak terkecuali Ali Al-Hudzaifi.
Setahun berlalu pasca persatuan Republik Yaman
tepatnya pada awal tahun 1991 Ali Al-Hudzaifi muda kemudian kabur dari rumah
tanpa sepengetahuan orang tuanya dan memutuskan pergi ke Dammaj. Ali Al-Hudzaifi
berkata dalam biografinya,
ثم ذهبت إلى دماج وبدون إذن الوالد وذلك في الشهر الأول أو الثاني من عام 1991 ميلادية
"kemudian aku pergi ke Dammaj tanpa
seijin orang tua dan yang demikian itu terjadi pada bulan pertama atau kedua di
tahun 1991 masehi"
Sesampainya di Dammaj Ali Al-Hudzaifi telah
mendapati bahwa beberapa penuntut ilmu dari aden telah mendahuluinya dalam
menuntut ilmu di Dammaj, di antaranya adalah dua bersaudara syaikh kami
asy-syaikh al-'Allamah al-Faqih ‘Abdurrahman Mar'i Al-‘Adeni dan kakak beliau
asy-syaikh al-Fadil ‘Abdullah Mar'i hafidzahumallah
serta saudara sepupu mereka berdua yaitu Hani bin Buraik hadahullah, nama yang terakhir kemudian tak lama berada di Dammaj
dan pergi ke Saudi Arabia untuk bekerja sambil belajar di sana.
Ali Al-Hudzaifi mengatakan dalam biografinya :
وقد أدركتهما عازبين قبل الزواج
Ali al-hudzaifi muda pun kemudian mulai menuntut
ilmu di dammaj, tak lama berada di dammaj ali al-hudzaifi bersama beberapa
penuntut ilmu dari libia dan al-jazair mulai membikin permasalahan di dammaj,
ali al-hudzaifi mengumpulkan kitab-kitab rudud / bantahan terhadap
kelompok-kelompok menyimpang seperti kelompok ikhwanul muslimin dan beberapa
hizbiyyun dan ahli bid'ah dari kitab-kitab karya asy-syaikh muqbil, asy-syaikh
rabi' dan beberapa masyayikh yang lainnya dan kemudian menyusunnya dalam sebuah
rak khusus di perpustakaan dan memberikan judul pada rak tersebut di atas
selembar kertas dengan judul, «KUTUB AL-MANHAJ»
Hal tersebut mereka lakukan tanpa seijin dari
asy-syaikh muqbil rahimahullah ataupun pengganti beliau saat itu yaitu syaikh
kami asy-syaikh ‘Utsman As-Salimi hafidzahullah.
Mereka juga mulai mengadakan majelis-majelis khusus
membahas kitab-kitab rudud dan mulai
mengkritisi banyak penuntut ilmu di Dammaj sebagai orang-orang yang lembek
dalam bermanhaj, mendapati gelagat yang demikian syaikh kami asy-syaikh ‘Utsman
As-Salimi selaku penanggung jawab markiz Dammaj selama kepergian asy-syaikh
muqbil kemudian melarang mereka untuk mengadakan majelis-majelis seperti itu
sampai mendapat ijin dari asy-syaikh Muqbil dan memerintahkan kepada mereka
untuk menunggu kepulangan asy-syaikh Muqbil terlebih dahulu.
Namun mereka tidak menggubrisnya dan malah menuduh
asy-syaikh ‘Utsman sebagai orang yang lembek dalam bermanhaj.
Tindak tanduk mereka kemudian dilaporkan kepada
asy-syaikh Muqbil rahimahullah
sekembalinya beliau dari safari dakwah di Hadramaut dan ‘Aden dan akhirnya
beliau pun kemudian berketetapan untuk mengusir Ali Al-Hudzaifi dan Abu Ali Al-Libiy
salah seorang penuntut ilmu dari Libia dan beberapa santri yang semodel
dengannya dari markiz Dammaj.
Perlu diketahui bahwa asy-syaikh Muqbil merupakan
seorang yang tegas, apabila beliau hendak mengusir seorang muridnya hal
tersebut beliau lakukan di majelis umum di hadapan ribuan santri, mendengar
kabar bahwa asy-syaikh Muqbil akan mengusirnya, maka Ali Al-Hudzaifi pun
memutuskan untuk kabur dari Dammaj sebelum pengusiran tersebut terjadi.
Asy-syaikh Muqbil juga mendatangi perpustakaan dan
mendapati beberapa tumpukan kitab yang ditempatkan dalam sebuah rak khusus
dengan judul "kitab-kitab manhaj", beliau pun seketika itu marah dan
langsung merobek kertas judul tersebut sambil berkata,
منهجنا الكتاب والسنة، منهجنا صحيح البخاري و مسلم
"manhaj kita adalah kitab dan sunnah, manhaj
kita adalah shohih al-bukhari dan shohih muslim "
Kisah di atas sudah saya dengar sejak pertengahan
tahun 2009 saat saya masih belajar di pondok Darul Atsar, Panceng - Gresik.
Saya kembali mendengar kisah yang sama persis
dengan kisah di atas beberapa bulan yang lalu di awal-awal fitnah dari syaikh
kami asy-syaikh ‘Utsman As-Salimi dalam sebuah kaset rekaman beliau yang
membantah Ali Al-Hudzaifi.
Apa yang dikuatirkan oleh Ali Al-Hudzaifi pun
ternyata benar terjadi, asy-syaikh Muqbil kemudian dalam majelis umum memanggil
beberapa nama di hadapan seluruh santri, salah satu di antara nama-nama
tersebut adalah Ali Al-Hudzaifi, asy-syaikh Muqbil kemudian mengatakan kepada
masing-masing nama-nama yang dipanggil tersebut,
!أنت مطرود
" kamu terusir ! "
Sejak saat itu Ali Al-Hudzaifi tidak berani untuk
kembali ke markiz Dammaj, dia baru berani kembali ke markiz Dammaj pasca
wafatnya asy-syaikh Muqbil rahimahullah,
sebagaimana yang dia isyaratkan dalam biografi yang dituliskannya,
وهناك إخوة أفاضل قد دخلت معهم في الدروس في زيارتي الأخيرة لدماج عام 1424 تقريبا، دخلت معهم للمذاكرة
"dan di sana para ikhwah yang terhormat,
sungguh aku telah masuk bersama mereka dalam beberapa pelajaran pada
kunjunganku yang terakhir ke Dammaj sekitar tahun 1424 Hijriah, aku masuk
(belajar) bersama (baca : kepada) mereka dalam rangka mudzakaroh (mengingat
kembali pelajaran-pelajaran yang pernah dipelajarinya dahulu)"
Sampai di sini dapat kita tarik kesimpulan bahwa
ali al-hudzaifi merupakan seorang penuntut ilmu yang terbilang gagal oleh
karena itu adalah sebuah penipuan yang besar terhadap umat dan pengkhianatan
ilmiah dengan menempatkan seorang ali al-hudzaifi bukan pada kedudukan yang
sepantasnya, sementara Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda dalam
hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha yang dishohihkan sebagian ahli ilmu,
انزلوا الناس منازلهم
"tempatkan lah manusia sesuai kedudukannya"
PARA GURU ALI AL-HUDZAIFI DALAM MENUNTUT ILMU
Di antara guru-guru Ali Al-Hudzaifi selain Al-Imam Muqbil Al-Wadi'i rahimahullah adalah,
1. asy-syaikh Al-'Allamah Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushobi rahimahullah, dimana Ali Al-Hudzaifi menyebutkan dalam biografinya,
وأعتبره شيخي الثاني حيث درست عليه كتاب الدراري المضية في الفقه و بعض كتاب الرسالة للشافعي و بعض كتاب شرح الطحاوية لابن أبي العز
"dan aku menganggap beliau adalah syaikhku yang kedua (setelah asy-syaikh muqbil) dari sisi bahwasanya aku telah belajar kepadanya kitab "ad-durori al-mudiah" tentang fiqih dan sebagian kitab "ar-risalah" karya asy-syafi'i (tidak tamat) dan sebagian kitab "syarah ath-thohawiyyah" karya Ibnu Abil 'Iz (tidak tamat)"
Dan Ali Al-Hudzaifi juga berkata,
تميز الشيخ محمد بن عبد الوهاب الوصابي بأنه مربي فقد تميز بتواضعه وسمته الحسن الجميل ومحبته للسنة وبغضه للحزبية
"asy-syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushobi terbedakan (dari yang lainnya) dari sisi bahwasanya beliau merupakan seorang pembimbing/ pendidik, sungguh beliau telah tampil beda dengan sikap rendah hati beliau dan tata krama beliau yang baik lagi indah dan kecintaan beliau terhadap sunnah dan kebencian beliau terhadap hizbiyyah"
2. Syaikh kami asy-syaikh ‘Abdurrahman bin ‘Umar bin Mar'i Al-'Adeni, Ali Al-Hudzaifi berkata tentang beliau,
:وقد يسر الله لي بإخوة أفاضل درست علي أيديهم بعض العلوم و استفدت منهم أيضا، ومن هؤلاء
الشيخ عبد الرحمن بن عمر بن مرعي العدني حيث درست عليه "شرح العقيدة الواسطية" وهو أول كتاب فتحه في دماج وكان ذلك عام 1412، ثم كتب أخرى منها "الدراري" وقد استفدت منه كثيرا وهو من الإخوة الموفقين من أول طلبهم للعلم
"dan sungguh allah telah memberikan kemudahan bagiku dengan para ikhwah yang mulia, aku belajar kepada mereka sebagian ilmu-ilmu dan aku juga mengambil faidah dari mereka, dan di antara mereka adalah, asy-syaikh ‘Abdurrahman bin umar bin mar'i al-adeni aku belajar kepada beliau 'syarah aqidah al-wasithiyyah' dan itu merupakan kitab yang pertama kali beliau ajarkan di Dammaj dan itu terjadi di tahun 1412 Hijriah, kemudian kitab-kitab yang lainnya di antaranya adalah kitab "ad-durori" dan sungguh aku telah banyak mengambil faidah dari beliau dan beliau termasuk di antara para ikhwah yang mendapat taufiq sejak awal menuntut ilmu"
3. Syaikh kami asy-syaikh ‘Utsman As-Salimi, Ali Al-Hudzaifi berkata dalam biografinya,
ومنهم عثمان السالمي وكان ينوب الشيخ رحمه الله في الدروس العامة، وإنما كان ينوبه في الفترات المتأخرة بعد 1414 تقريبا
"dan di antara mereka adalah ‘Utsman As-Salimi dan dahulu dia menggantikan asy-syaikh Muqbil rahimahullah pada pelajaran-pelajaran umum dan dia menggantikan beliau di masa-masa terakhir setelah tahun 1414 hijriah"
4. Syaikh kami asy-syaikh al-fadil Ahmad bin Sa'id Al-Asyhabi, Ali Al-Hudzaifi berkata,
ومن هؤلاء الشيخ أحمد بن سعيد الأشهبي وقد درست عليه كتاب "الباعث الحثيث لأحمد شاكر" وهو من أقوى الإخوة في دماج في تحقيق الأحاديث و جمع الطرق، له تحقيقات نفيسة و تعليقات جميلة منها رسالة "البشارة في شذوذ التحريك و ثبوت الإشارة" والتي ناقش فيها الشيخ الألباني
"dan di antara mereka adalah asy-syaikh ahmad bin said al-asyhabi dan sungguh aku telah belajar kepada beliau kitab 'al-ba'itsul hatsis' karya ahmad syakir dan beliau merupakan ikhwah yang paling kokoh di dammaj dalam pentahqiqan hadits-hadits dan mengumpulkan jalur-jalur periwayatannya, beliau memiliki tahqiq yang bermutu dan ta'liqot (catatan-catatan faidah) yang indah di antaranya adalah risalah beliau berjudul 'al-bisyaroh fi syudzudzi at-tahrik wa tsubutul isyaroh' yang membantah asy-syaikh al-albani"
5. Abul Hasan Al-Ma'ribi, Ali Al-Hudzaifi berkata tentangnya,
ومن هؤلاء أبو الحسن مصطفى بن إسماعيل السليماني المصري هدانا الله فقد مكثت عنده قرابة السنة في أيام ثناء الشيخ مقبل عليه ودرست عليه في مأرب مباحث من علم المصطلح ولا سيما دروس كتابه اتحاف النبيل ودروس العلل على السبورة بعد العصر
"dan di antara mereka adalah abul hasan musthofa bin ismail as-sulaimani al-misri -semoga allah memberikan hidayah kepada kami-. Sungguh aku telah tinggal di sisinya selama hampir satu tahun di hari-hari pujian asy-syaikh muqbil terhadapnya dan aku belajar kepadanya di ma'rib pembahasan-pembahasan berkaitan dengan ilmu mustholah terutama pelajaran kitabnya 'ittihafun nabil' dan pelajaran-pelajaran tentang 'ilal hadits setelah ashar dengan menggunakan papan tulis"
6. Yahya Al-Hajuri, meskipun Ali Al-Hudzaifi tidak mengakuinya sebagai gurunya dan pernah mengambil faidah darinya, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Yahya Al-Hajuri masuk dalam jajaran para guru yang pernah dia ambil ilmu dan faidahnya dan itu terjadi pasca kembalinya Ali Al-Hudzaifi menuntut ilmu di Dammaj untuk kali yang kedua setelah wafatnya asy-syaikh Muqbil dan telah diketahui bersama bahwa Yahya Al-Hajuri kala itu merupakan penerus markiz Dammaj dimana seluruh pengajaran pelajaran umum diemban olehnya.
Dalam biografinya tersebut
Ali Al-Hudzaifi juga menyebutkan dan mempersaksikan kemapanan Asy-Syaikh
Al-'Allamah Abdul Aziz Al-Buro'i dalam menuntut ilmu, Ali Al-Hudzaifi mendapati
asy-syaikh Abdul Aziz Al-Buro'i sebagai salah seorang da'i mustafid yang
turut mengajar di markiz Abul Hasan Di Ma'rib (di masa asy-syaikh Muqbil masih
hidup, sebelum terjadi penyimpangan pada Abul Hasan) Ali Al-Hudzaifi berkata,
عرفت الشيخ عبد العزيز خطيبا مفوها وزاهدا في الدنيا مبغضا للحزبية ومحبا للسنة
"aku mengenal asy-syaikh Abdul Aziz sebagai
seorang khotib yang fasih dalam berbicara dan merupakan seorang yang zuhud
terhadap dunia, seorang yang benci terhadap hizbiyyah dan cinta terhadap sunnah"
SUMBANGSIH ALI AL-HUDZAIFI DALAM MEDAN DAKWAH
Selepas keluarnya Ali Al-Hudzaifi dari Dammaj dari rihlah tholabul ilminya yang kedua di
sisi Yahya Al-Hajuri, Ali Al-Hudzaifi
kembali ke tanah kelahirannya di kota ‘Aden, dan mulai terjun berdakwah secara
kecil-kecilan di sebuah masjid kampungnya di daerah Qollu'ah, ‘Aden. Tidak ada
pengaruh dakwah yang tampak selama kurang lebih 10 tahun berdakwah di ‘Aden,
pamornya yang tak cukup mentereng tenggelam di bawah dominasi para ulama yaman
yang diwasiatkan oleh al-imam Muqbil Al-Wadi'i rahimahullah dimana mereka semua begitu mendapat tempat di hati umat,
terkhusus di kota aden sendiri yang begitu mencintai dan mengagumi keilmuan
syaikh kami Abdurrahman Mar'i dalam batas kekaguman yang syar'i. Ditambah lagi
tak adanya tazkiyyah dari para gurunya membuat umat salafiyyah tak cukup
tertarik untuk mengambil faidah darinya, pernah suatu waktu di tahun 1431 Hijriah
bertepatan dengan tahun 2010 Masehi, Ali Al-Hudzaifi mencoba peruntungan untuk
ikut terlibat mengajar di Darul Hadits
Al-Fiyusy, dia datang dari ‘Aden ke markiz setiap harinya, tak cukup banyak
yang turut hadir di majelisnya, sejak saat itu Ali Al-Hudzaifi kemudian tidak
pernah lagi membuka pelajaran di markiz.
Ali Al-Hudzaifi pun sering hadir dalam pelajaran
umum syaikh kami terutama di waktu pelajaran antara maghrib dan isya' tak
jarang pula kemudian syaikh kami memberikan semangat padanya dengan
mempersilahkan kepadanya untuk menyampaikan sepatah dua patah nasehat di
hadapan para santri, tak jarang pula kemudian Ali Al-Hudzaifi mengatakan di
sela nasehat yang akan disampaikannya dengan ucapan-ucapan semisal,
ما جئت إلا لأن أستفيد من الشيخ عبد الرحمن
" tidaklah aku datang melainkan
dalam rangka mengambil faidah dari asy-syaikh Abdurrahman "
Demikianlah sosok seorang Ali Al-Hudzaifi sang ‘ulama
kibar’ yang saat ini menjadi rujukan sebagian kaum di negeri kita tercinta Indonesia.
Saya tutup pembahasan kali ini dengan perkataan Abul
Fadl salah seorang penyair arab,
و في السماء طيور اسمها البجع
إن الطيور على أشكالها تقع
"dan di langit itu ada burung-burung namanya
baja'....
Sesungguhnya burung-burung itu kepada yang sejenis
mereka hinggap berkicau..."
1 Dzulhijjah
1436 H [9/16/2015, 15:37]
Darul Hadits As-Salafiyyah, Desa Al-Fiyusy, Lahj - Republik
Yaman
Thullabul Ilmi Yaman