DIPERSILAHKAN MENYEBARKAN ARTIKEL BLOG DENGAN MENYERTAKAN LINK SUMBERNYA

Rabu, 16 September 2015

Penerapan Manhaj Haddadyyah Pada Anak Usia Dini

ABU 'ALI ABDUL HAKAM BIN ALI AT-TAMIMI
DAN PENERAPAN PENDIDIKAN MANHAJ
PADA ANAK SEJAK DINI


Oleh: Abu Usamah Adam bin Sholih bin
Ubaid Al-Bajani Alu Iskandar Alam


 الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين ثم أما بعد

Kepada ikhwah salafiyyin para penuntut ilmu, para pembenci taqlid buta, kepada mereka semua yang masih mempunyai sikap adil dalam menilai sesuatu, yang masih tersisa padanya setitik fitrah, yang mencintai al-haq melebihi apapun itu....

Tidak tersembunyikan bagi kita semua betapa pentingnya bagi kita untuk menaruh perhatian terhadap permasalahan adab dan akhlaq di dalam agama kita yang lurus ini.

Karena sesungguhnya agama Islam merupakan agama yang penuh dengan adab.


Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata di dalam kitab Madarijus Salikin, "adab merupakan agama secara keseluruhan"

Dan tidak diragukan lagi bahwasanya barangsiapa yang berhias dengan adab maka sungguh dia telah meraih kebaikan yang banyak serta keutamaan yang besar.

Demikian pula sebaliknya, barangsiapa yang terluputkan darinya adab maka dia akan terjerembab ke dalam lembah kenistaan akhlaq yang rendah.

Oleh karena itu Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Abu Huroiroh, "sesungguhnya aku diutus dalam rangka menyempurnakan kebaikan akhlaq " [HR. Al-Bukhori dalam adabul mufrod]

Dan beliau pun bersabda, "sungguh tidaklah seseorang diberi dengan suatu pemberian yang lebih baik dibanding akhlaq yang terpuji" [Hadits dishohihkan oleh asy-syaikh Al-Albani dalam sohihul jami']

Oleh karena itulah dahulu para salafus sholih, mereka menyadari betapa agungnya perkara adab dalam Islam, maka mereka mencurahkan segala upaya dengan keseriusan yang tinggi demi menaruh perhatian terhadap pembelajaran serta pendidikan adab-adab syar'i dan juga akhlaq yang terpuji kepada anak-anak mereka sejak usia dini.

Sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mencontohkan dalam sebuah hadits, "Wahai anak kecil ucapkanlah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu dan mulailah dengan memakan makanan yang terdekat darimu"

Perkara adab merupakan sebuah tuntutan yang asasi dan dahulu para salaf begitu mengedepankan mempelajari adab sebelum menuntut ilmu, padahal menuntut ilmu merupakan perantara terbaik bagi seorang hamba untuk dapat mengenal Rabbnya subhanahu wa ta'ala,

Allah ta'ala berfirman, "maka pelajarilah/ ilmuilah bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah semata " [Al-Qur'an]

Ayat di atas menunjukkan kepada kita tentang betapa agungnya kedudukan ilmu, dari sisi bahwasanya Allah menjadikan mempelajari ilmu lebih didahulukan daripada asas tauhid itu sendiri yang justru karenanya lah manusia dan jin diciptakan, lebih dari itu dahulu para salaf dengan pemahaman mereka yang mendalam terhadap agama ini, justru memberikan penekanan terlebih dahulu terhadap pembelajaran adab serta akhlaq sebelum mempelajari ilmu, dikarenakan mereka begitu memahami bahwasanya sebuah ilmu tak kan berarti serta bermanfaat bagi pemiliknya tanpa keberadaan adab, sebagaimana pula perealisasian wujud penghambaan seorang hamba kepada Rabbnya tidaklah dapat teraplikasikan dengan benar melainkan terlebih dahulu mempelajari ilmu tentangnya.

Al-Imam Malik rahimahullah berkata kepada seorang pemuda dari suku Quraisy :

يا ابن أخي تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم 

"wahai anak saudaraku pelajarilah adab, sebelum engkau mempelajari sebuah ilmu"

Beliau berkata demikian dikarenakan beliau begitu memahami keutamaan berhias dengan adab sejak usia dini, sebagaimana beliau menceritakan : "

كانت أمي تعممني و تقول -اذهب إلى ربيعة فتعلم  من أدبه قبل علمه 

"dahulu ibuku memakaikanku sorban dan mengatakan kepadaku; pergilah engkau kepada Rabi'ah dan pelajarilah adab beliau sebelum engkau mempelajari ilmunya"

Al-Imam Sufyan At-Tsauri berkata :

كان الرجل إذا أراد أن يكتب الحديث تأدب وتعبد قبل ذلك بعشرين سنة

"dahulu apabila seseorang ingin menulis sebuah hadits dia terlebih dahulu mempelajari adab dan beribadah sejak dua puluh tahun sebelumnya"

Dan sebagian salaf berkata :

يا بني لأن تتعلم بابا من الأدب أحب إلي من أن تتعلم سبعين بابا من أبواب العلم

"wahai anakku engkau mempelajari sebuah bab berkaitan dengan adab lebih aku senangi daripada engkau mempelajari tujuh puluh bab dari bab-bab ilmu"

Wahai para ikhwah, sesungguhnya termasuk pokok dasar manhaj salaf adalah pemuliaan terhadap pengemban syariat yaitu para ulama serta beradab terhadap mereka, al-imam At-Thohawi berkata :

وعلماء السلف من السابقين ومن بعدهم من التابعين أهل الخير و الأثر و أهل الفقه و النظر لا يذكرون إلا بالجميل

"dan para ulama salaf dari generasi pertama dan yang setelah mereka dari kalangan tabi'in ahlul khoir dan pengikut atsar serta ahli fiqih dan ahli berpendapat mereka semua tidaklah disebutkan melainkan dengan penyebutan yang indah..."

Problematika mendasar saat ini di sisi sebagian orang-orang yang menisbatkan diri kepada "tholabul ilmi" yang sangat mendesak pembenahannya adalah degradasi moral dan krisis akhlaq serta adab yang menimpa sebagian mereka.

Para ikhwah penuntut ilmu, para pecinta manhaj salaf telah kita lewati bersama pada pembahasan sebelumnya tentang sosok kepalsuan seorang Iqbal Damiri dan Abu Bakar Jombang yang telah dengan keji melakukan penghapusan data tasjilat serta pengacakan terhadap data-data rekaman pelajaran di darul hadits Al-Fiyusy hal tersebut bukannya tanpa sebab tentunya !!  Namun karena dilandasi sebuah pemikiran sesat terselubung yaitu pemikiran haddadiyyah yang mengharuskan pemusnahan terhadap kitab-kitab yang terdapat padanya kesalahan aqidah atau yang sejenisnya, namun apa yang mereka lakukan adalah jauh lebih dahsyat dikarenakan data-data yang mereka hapus tak satupun terdapat padanya kesalahan dalam aqidah ! Duhai seandainya mereka mampu untuk menunjukkan kesalahan aqidah tersebut !

Jejak langkah hajuriyyun perlahan mulai mereka tapaki selangkah demi  selangkah sampai melampaui batas sekte haddadiyyah, sebagaimana yang dikatakan oleh syaikhuna al-faqih Abdurrahman Al-Adeni hafidzahullah selepas kepulangan beliau dari umroh yang terakhir, beliau berkata kepada saya secara pribadi :

أخبرني من عنده معرفة تامة بالدعوة في إندونيسيا أن لقمان يسير كما سار به الحجوري

"telah mengabarkan kepadaku seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang dakwah di Indonesia bahwa Luqman berjalan dalam dakwahnya sebagaimana jalan yang telah ditempuh oleh Al-Hajuri"

Hal itupun terjadi pada sosok yang dicitrakan sebagai seorang "ustadz" dan "qudama" dia adalah Abdul Hakam At-Tamimi yang kini beralih profesi sebagai pedagang mobil bekas di Aden dan wartawan dadakan desas-desus pemberitaan tentang Aden dan sekitarnya, untuk itulah mengapa berat baginya untuk kembali pulang ke tanah air mengikuti nasehat ustadz kibar yang didengung-dengungkannya belum lama ini, ya saya katakan demikian karena baru beberapa waktu yang lalu dia sendiri sering mengkritisi dakwah asatidzah di Indonesia sebagai dakwah yang ruwet dan suka ribut-ribut, masih terngiang jelas di telinga ucapannya kepada saya, "di Indonesia ruwet, para da'inya suka ribut, enak di Yaman, waktunya taklim, taklim... Waktunya kerja, kerja..., makanya ana malas pulang karena mau gak mau pasti bakalan ikut dilibatkan, rapat ini rapat itu, biasalah jama'ah " (secara makna, dialog asli dalam logat bahasa jawatimuran)

Cukuplah Allah ta'ala sebagai saksi atas apa yang saya persaksikan di atas !!! Dan laknat Allah terhadap para pendusta !

Wahai ikhwah sekalian saksikanlah bagaimana perlahan tanpa disadari kejahilan yang akut diiringi semangat menggebu tanpa ilmu dalam bermanhaj menyeret pelakunya ke dalam tindak tanduk berlebihan tak terkontrol hingga sampai kepada derajat menanamkan doktrin kebencian terhadap seorang muslim bahkan seorang ulama sunnah kepada seorang balita berusia tiga tahun, mendikte serta mentalqin pencelaan dan penghinaan terhadap seorang ulama yang ironisnya merupakan orang yang banyak berjasa terhadapnya, sungguh betapa serupanya apa yang mereka perbuat dengan tindak tanduk konyol para hajuriyyun dan betapa dekatnya mereka kepada manhaj ghuluw haddadiyyah tanpa disadari, saksikanlah wahai orang-orang yang berfitrah waras bagaimana seorang Abdul Hakam mentalqin anaknya yang baru berumur tiga tahun melakukan pencelaan terhadap ulama, duhai kiranya dia mengajari si anak tersebut tauhid dasar terlebih dahulu serta adab.

Sebuah potongan suara seorang anak kecil yang disebarkan secara terang-terangan di dalam grup WA mereka yang kemudian dikomentari oleh para pengikutnya dengan perkataan, "wah kalau begitu kami juga akan mengajari anak-anak kami demikian"

________________________
unduh audio bukti pendoktrinan konyol kepada seorang balita disini

8 Rojab 1436 H
Darul Hadits As-Salafiyyah, desa Al-Fiyusy, Lahj - Republik Yaman


Thullabul Ilmi Yaman