PENDUDUK NEGERI SESEORANG ATAU
JAMA'AHNYA LEBIH MENGETAHUI TENTANG
SESEORANG TERSEBUT DARIPADA YANG
SELAINNYA
Oleh: Asy-Syaikh
Al-'Allamah Ubaid Al-Jabiri hafidzahullah
Pertanyaan,
Seseorang bertanya,
bagaimanakah keadaan jami'ah/ universitas Al-Iman? Dan di sana ada yang
mengatakan, sesungguhnya Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah
sungguh telah keliru pada kritikan beliau terhadap universitas tersebut dan
sungguh Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah
telah memuji universitas tersebut?
Jawaban,
Pertama termasuk perkara yang telah ma'ruf/ diketahui, bahwasanya penduduk
negeri seseorang atau jama'ahnya lebih mengetahui tentang seseorang tersebut
daripada yang selainnya, yang demikian
ini adalah kaidah yang telah dikenal. Maka apabila seorang alim memuji
seseorang kemudian ada orang lain yang men-jarh/
mencela dia, sementara orang tersebut (yang men-jarh) adalah berasal dari satu
negeri yang sama (dengan orang yang di-jarh)
dan orang tersebut menegakkan bukti, maka sesungguhnya perkataan orang tersebut
lebih didahulukan.
Kedua
universitas tersebut,
universitas Al-Iman di Yaman yang mana rektornya adalah Az-Zindani, telah tetap
di sisi kami dengan dalil bahwasanya universitas tersebut adalah universitas Quthbiyyah maka wajib untuk waspada darinya.
Dan kami tidaklah
memandang bolehnya belajar pada universitas tersebut.
Dan di sisi kami
terdapat sebuah keterangan laporan, telah menulis tentangnya saudara yang mulia
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdillah Al-Imam Al-Yamani dan beliau adalah seorang
yang tsiqoh di sisi kami, na'am.
[unduh disini]
Catatan Kaki
Dalam penjelasan
Asy-Syaikh Ubaid di atas terdapat padanya beberapa faidah, di antaranya :
1. Universitas
Al-Iman adalah sebuah universitas dalam bidang ilmu agama Islam, terpusat di
kota Sana'a, Republik Yaman. Universitas ini dipimpin oleh seorang tokoh papan
atas kelompok Ikhwanul Muslimin di Yaman, Abdul Majid Az-Zindani.
2. Di samping
mengusung pemikiran Ikhwanul Muslimin, universitas Al-Iman juga menebar
pemikiran Quthbiyyah yaitu sebuah pemikiran yang disandarkan kepada Sayyid
Quthub, dimana salah satu pemikirannya adalah bermudah-mudahan dalam
permasalahan takfir/ pengkafiran
kepada kaum muslimin.
3. Universitas
Al-Iman mendapat rekomendasi/ pujian dari imam ahlus sunnah wal jama'ah di abad ini Al-Imam
Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, hal
tersebut dapat diambil pelajaran
bahwasanya seorang alim betapa pun tinggi derajat keilmuan dan
kesenioritasannya tetaplah seorang manusia biasa yang tidak ma'shum dari
sebuah kesalahan dan bahwasanya seorang alim hanyalah menghukumi sesuatu
berdasar apa yang tampak olehnya dari suatu perkara.
4. Pun begitu
rekomendasi dari pimpinan para ulama kibar di abad ini yaitu Asy-Syaikh Ibnu
Baz rahimahullah tidaklah kemudian
menyurutkan seorang Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi'i rahimahullah yang secara kapasitas keilmuan dan kesenioritasan di
bawah Asy-Syaikh Ibnu Baz untuk melayangkan kritikan dan bantahan terhadap
berbagai penyimpangan yang terjadi pada universitas tersebut dan kebenaran
adalah berpihak kepada sang pengkritik yaitu Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah, hal ini juga menunjukkan
kepada kita bahwasanya kebenaran itu diukur dengan dalil bukan dengan
senioritas.
5. Pijakan seorang
sunni salafi dalam permasalahan jarh
dan ta'dil adalah dalil, tidak semata
memperturutkan hawa nafsu dengan semata berlandas kepada suatu rekomendasi/ tazkiyyah dari seorang ulama sebesar
apapun ulama tersebut.
6. kaidah seorang yang lebih mengetahui adalah hujjah
atas orang yang tidak mengetahui tatkala terjadi pro dan kontra terhadap
suatu kasus/ permasalahan adalah sebuah kaidah yang telah tetap pengamalannya
di sisi para ahli ilmu, kaidah tersebut dapat dikuatkan dengan qorinah yang
lain dalam kaidah penduduk suatu negeri
lebih mengetahui tentang sosok penduduk negerinya hal tersebut sebagaimana
yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi'i rahimahullah
كان المحدث الضعيف يتصنع ليحيى بن معين، ثم يقول يحيى بن معين عنه بأنه ثقة، وأهل بلده يجرحونه من أجل هذا
.فإذا رأيت يحيى يوثق رجلًا غريبًا وقد جرحه أهل بلده فأهل بلده أعلم به من يحيى
"dahulu seorang
muhaddits yang dhoif/ lemah,
berpura-pura memperlihatkan sesuatu yang tidak ada pada dirinya
(membagus-baguskan keadaannya), kepada imam al-jarhu
wat ta'dil Yahya bin Ma'in, sampai
kemudian Yahya bin Ma'in memberi tazkiyyah kepadanya dengan gelaran tsiqoh,
sementara ulama dari negeri asal perawi tersebut menjarh dia karena sebab
dhoifnya. Maka apabila engkau melihat Yahya bin Ma'in men-tsiqohkan seorang
yang asing, sementara ulama dari negeri asal perawi tersebut telah menjarh dia, maka ulama negeri perawi
tersebut lebih tahu tentang perawi tersebut daripada Yahya" [Al-Fatawa Al-Haditsiah jilid 2, hal 32]
Oleh karena itu
sikap menolak tahdzir seluruh ulama dakwah salafiyyah di Yaman terhadap gembong
fitnah Hani bin Buraik dengan segenap bala bencana yang ada padanya adalah
merupakan sebuah kejahilan di atas hawa nafsu yang nyata.
7. Pengakuan
terhadap keilmuan serta pujian Asy-Syaikh Ubaid terhadap Asy-Syaikh Muhammad
Al-Imam sebagai salah satu pejuang sunnah yang gigih membantah penyimpangan
kelompok Ikhwanul Muslimin dan Quthbiyyun dari sisi bahwasanya Asy-Syaikh Ubaid
menjadikan risalah bantahan Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam terhadap universitas
Al-Iman dan segala yang terkait dengannya sebagai rujukan untuk menetapkan
hukum.
8. Kepercayaan
Asy-Syaikh Ubaid terhadap Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam jauh sejak lama sebelum
dikenalnya sosok-sosok semisal Arofat Al-Muhammadi, Muhammad Gholib, Hani
Buraik, Ali Al-Hudzaifi.
9. Tuduhan bahwa
Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam adalah seorang yang berpemikiran ikhwani sejak lama
bahkan sejak lebih dari 20 tahun yang lalu adalah tuduhan keji penuh manipulasi
yang tertolak secara akal dan nalar, dikarenakan ucapan Asy-Syaikh Ubaid di
atas terucap di atas tahun 2001 pasca wafatnya Asy-Muqbil rahimahullah.
10. Di sana terdapat
para penyusup yang berusaha mengadu domba keharmonisan antara ulama Yaman dan
Asy-Syaikh Ubaid, dan bukanlah permasalahannya adalah karena semata fitnah
Al-Watsiqoh dikarenakan Asy-Syaikh Ubaid sendiri telah menolak setiap kunjungan
para ulama Yaman sejak 4 tahun yang lalu dengan berbagai macam udzur semisal
sakit dan sibuk, kecuali syaikh kami Al-'Allamah Abdurrahman bin Mar'i
Al-Adeni. Namun beliau hafizhohullah
sudah tidak bisa menemui Asy-Syaikh Ubaid sejak kunjungan beliau terakhir pada
bulan Romadhon tahun 1435 hijriyyah sebelum fitnah Al-Watsiqoh meletus karena
selalu mendapat halangan dari orang-orang dekat Asy-Syaikh Ubaid.
InsyaAllah
di suatu kesempatan kami akan menerangkan hakekat sebenarnya tentang fitnah
dakwah yang terjadi di Yaman dengan rinci karena lika-liku kisahnya cukuplah
panjang, dibutuhkan sebuah kajian tersendiri untuk memaparkannya secara panjang
lebar, tentunya setelah mendiskusikannya terlebih dahulu dengan para ulama
Yaman dikarenakan banyak permasalahan yang sejatinya bukan untuk konsumsi
publik.
Thullabul Ilmi Yaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar