DIPERSILAHKAN MENYEBARKAN ARTIKEL BLOG DENGAN MENYERTAKAN LINK SUMBERNYA

Rabu, 30 September 2015

Kaidah Ahlul Balad Lebih Mengetahui Keadaan Negerinya

PENDUDUK NEGERI SESEORANG ATAU
JAMA'AHNYA LEBIH MENGETAHUI TENTANG
SESEORANG TERSEBUT DARIPADA YANG
SELAINNYA


Oleh: Asy-Syaikh Al-'Allamah Ubaid Al-Jabiri hafidzahullah


Pertanyaan,
Seseorang bertanya, bagaimanakah keadaan jami'ah/ universitas Al-Iman? Dan di sana ada yang mengatakan, sesungguhnya Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah sungguh telah keliru pada kritikan beliau terhadap universitas tersebut dan sungguh Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah telah memuji universitas tersebut?

Jawaban,
Pertama  termasuk perkara yang telah ma'ruf/ diketahui, bahwasanya penduduk negeri seseorang atau jama'ahnya lebih mengetahui tentang seseorang tersebut daripada yang selainnya, yang demikian ini adalah kaidah yang telah dikenal. Maka apabila seorang alim memuji seseorang kemudian ada orang lain yang men-jarh/ mencela dia, sementara orang tersebut (yang men-jarh) adalah berasal dari satu negeri yang sama (dengan orang yang di-jarh) dan orang tersebut menegakkan bukti, maka sesungguhnya perkataan orang tersebut lebih didahulukan.

Kedua universitas tersebut, universitas Al-Iman di Yaman yang mana rektornya adalah Az-Zindani, telah tetap di sisi kami dengan dalil bahwasanya universitas tersebut adalah universitas Quthbiyyah maka wajib untuk waspada darinya.

Dan kami tidaklah memandang bolehnya belajar pada universitas tersebut.

Dan di sisi kami terdapat sebuah keterangan laporan, telah menulis tentangnya saudara yang mulia Asy-Syaikh Muhammad bin Abdillah Al-Imam Al-Yamani dan beliau adalah seorang yang tsiqoh di sisi kami, na'am.

[unduh disini]

Catatan Kaki

Dalam penjelasan Asy-Syaikh Ubaid di atas terdapat padanya beberapa faidah, di antaranya :

1. Universitas Al-Iman adalah sebuah universitas dalam bidang ilmu agama Islam, terpusat di kota Sana'a, Republik Yaman. Universitas ini dipimpin oleh seorang tokoh papan atas kelompok Ikhwanul Muslimin di Yaman, Abdul Majid Az-Zindani.

2. Di samping mengusung pemikiran Ikhwanul Muslimin, universitas Al-Iman juga menebar pemikiran Quthbiyyah yaitu sebuah pemikiran yang disandarkan kepada Sayyid Quthub, dimana salah satu pemikirannya adalah bermudah-mudahan dalam permasalahan takfir/ pengkafiran kepada kaum muslimin.

3. Universitas Al-Iman mendapat rekomendasi/ pujian dari imam  ahlus sunnah wal jama'ah di abad ini Al-Imam Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, hal tersebut dapat diambil pelajaran bahwasanya seorang alim betapa pun tinggi derajat keilmuan dan kesenioritasannya tetaplah seorang manusia biasa yang tidak ma'shum dari sebuah kesalahan dan bahwasanya seorang alim hanyalah menghukumi sesuatu berdasar apa yang tampak olehnya dari suatu perkara.

4. Pun begitu rekomendasi dari pimpinan para ulama kibar di abad ini yaitu Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah tidaklah kemudian menyurutkan seorang Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi'i rahimahullah yang secara kapasitas keilmuan dan kesenioritasan di bawah Asy-Syaikh Ibnu Baz untuk melayangkan kritikan dan bantahan terhadap berbagai penyimpangan yang terjadi pada universitas tersebut dan kebenaran adalah berpihak kepada sang pengkritik yaitu Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah, hal ini juga menunjukkan kepada kita bahwasanya kebenaran itu diukur dengan dalil bukan dengan senioritas.

5. Pijakan seorang sunni salafi dalam permasalahan jarh dan ta'dil adalah dalil, tidak semata memperturutkan hawa nafsu dengan semata berlandas kepada suatu rekomendasi/ tazkiyyah dari seorang ulama sebesar apapun ulama tersebut.

6. kaidah seorang yang lebih mengetahui adalah hujjah atas orang yang tidak mengetahui tatkala terjadi pro dan kontra terhadap suatu kasus/ permasalahan adalah sebuah kaidah yang telah tetap pengamalannya di sisi para ahli ilmu, kaidah tersebut dapat dikuatkan dengan qorinah yang lain dalam kaidah penduduk suatu negeri lebih mengetahui tentang sosok penduduk negerinya hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi'i rahimahullah

كان المحدث الضعيف يتصنع ليحيى بن معين، ثم يقول يحيى بن معين عنه بأنه ثقة، وأهل بلده يجرحونه من أجل هذا
.فإذا رأيت يحيى يوثق رجلًا غريبًا وقد جرحه أهل بلده فأهل بلده أعلم به من يحيى

"dahulu seorang muhaddits yang dhoif/ lemah, berpura-pura memperlihatkan sesuatu yang tidak ada pada dirinya (membagus-baguskan keadaannya), kepada imam al-jarhu wat ta'dil Yahya bin Ma'in,  sampai kemudian Yahya bin Ma'in memberi tazkiyyah kepadanya dengan gelaran tsiqoh, sementara ulama dari negeri asal perawi tersebut menjarh dia karena sebab dhoifnya. Maka apabila engkau melihat Yahya bin Ma'in men-tsiqohkan seorang yang asing, sementara ulama dari negeri asal perawi tersebut telah menjarh dia, maka ulama negeri perawi tersebut lebih tahu tentang perawi tersebut daripada Yahya" [Al-Fatawa Al-Haditsiah jilid 2, hal 32]

Oleh karena itu sikap menolak tahdzir seluruh ulama dakwah salafiyyah di Yaman terhadap gembong fitnah Hani bin Buraik dengan segenap bala bencana yang ada padanya adalah merupakan sebuah kejahilan di atas hawa nafsu yang nyata.

7. Pengakuan terhadap keilmuan serta pujian Asy-Syaikh Ubaid terhadap Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam sebagai salah satu pejuang sunnah yang gigih membantah penyimpangan kelompok Ikhwanul Muslimin dan Quthbiyyun dari sisi bahwasanya Asy-Syaikh Ubaid menjadikan risalah bantahan Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam terhadap universitas Al-Iman dan segala yang terkait dengannya sebagai rujukan untuk menetapkan hukum.

8. Kepercayaan Asy-Syaikh Ubaid terhadap Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam jauh sejak lama sebelum dikenalnya sosok-sosok semisal Arofat Al-Muhammadi, Muhammad Gholib, Hani Buraik, Ali Al-Hudzaifi.

9. Tuduhan bahwa Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam adalah seorang yang berpemikiran ikhwani sejak lama bahkan sejak lebih dari 20 tahun yang lalu adalah tuduhan keji penuh manipulasi yang tertolak secara akal dan nalar, dikarenakan ucapan Asy-Syaikh Ubaid di atas terucap di atas tahun 2001 pasca wafatnya Asy-Muqbil rahimahullah.

10. Di sana terdapat para penyusup yang berusaha mengadu domba keharmonisan antara ulama Yaman dan Asy-Syaikh Ubaid, dan bukanlah permasalahannya adalah karena semata fitnah Al-Watsiqoh dikarenakan Asy-Syaikh Ubaid sendiri telah menolak setiap kunjungan para ulama Yaman sejak 4 tahun yang lalu dengan berbagai macam udzur semisal sakit dan sibuk, kecuali syaikh kami Al-'Allamah Abdurrahman bin Mar'i Al-Adeni. Namun beliau hafizhohullah sudah tidak bisa menemui Asy-Syaikh Ubaid sejak kunjungan beliau terakhir pada bulan Romadhon tahun 1435 hijriyyah sebelum fitnah Al-Watsiqoh meletus karena selalu mendapat halangan dari orang-orang dekat Asy-Syaikh Ubaid.

InsyaAllah di suatu kesempatan kami akan menerangkan hakekat sebenarnya tentang fitnah dakwah yang terjadi di Yaman dengan rinci karena lika-liku kisahnya cukuplah panjang, dibutuhkan sebuah kajian tersendiri untuk memaparkannya secara panjang lebar, tentunya setelah mendiskusikannya terlebih dahulu dengan para ulama Yaman dikarenakan banyak permasalahan yang sejatinya bukan untuk konsumsi publik.


Thullabul Ilmi Yaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar