ANTARA
MEMBABI BUTA DALAM
AL-JARH WAT TA'DIL DAN KURANG
MENARUH PERHATIAN TERHADAP
PERKARA YANG LEBIH UTAMA YAITU ILMU
Oleh: Al-Imam Muhaddits Muqbil Bin Hadi
Al-Wadi'i rahimahullah
Pertanyaan,
Perlu diperhatikan bahwasanya sebagian orang-orang
yang menisbatkan diri kepada salafiyyah, menyibukkan diri dengan kritikan dan
pentahdziran terhadap kelompok-kelompok, dan kurang perhatian terhadap perkara
menuntut ilmu, -di pihak yang lain-
terdapat orang-orang yang menaruh perhatian lebih terhadap ilmu dan
meninggalkan tahdzir, hingga sampai pada mereka suatu pemikiran bahwasanya kritikan
bukanlah termasuk manhaj ahlus sunnah sama sekali, maka bagaimanakah yang benar
terhadap permasalahan di atas ?
Mereka yang menyibukkan diri dengan kritikan dan
tahdzir, mereka teranggap melalaikan menuntut ilmu dan berlebih-lebihan di luar
batas kemampuan dalam perkara kritikan.
Para ulama kita, apabila engkau melihat kepada
biografi Ibnu Abi Hatim engkau akan mendapati beliau merupakan seorang hafidz
besar bahkan beliau digelari sebagai syaikhul islam. Demikian pula al-imam
Al-Bukhari dan al-imam Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma'in, Yahya bin Said
Al-Qotthon, Abu Hatim, Abu Zur'ah, Ad-Daruquthni, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim
sungguh mereka telah mengeluarkan banyak karya tulis yang bermanfaat, dalam
bidang tafsir, dalam bidang ilmu hadits. Dan mereka menyusun kitab-kitab yang
bermanfaat dan mereka menjaga sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam untuk kita.
Mereka juga mengeluarkan kitab-kitab yang
bermanfaat dalam bidang al-jarh wat ta'dil, maka sepatutnya untuk mengumpulkan
antara yang demikian (ilmu dan kritikan kepada kebatilan), jika tidak maka
seseorang teranggap kurang dan menyepelekan. Dan aku bertanya kepadamu,
- dengan timbangan apakah engkau akan menimbang manusia apabila engkau bodoh terhadap ilmu yang bermanfaat ?
- apakah engkau akan menimbangnya di atas hawa nafsu ?
- ataukah dengan perkataan seorang syaikh ?
Maka apabila syaikh tersebut rujuk, engkau pun ikut
rujuk ! Dan apabila syaikh tersebut menyimpan kemarahan terhadap suatu kelompok
engkau pun ikut-ikutan ?!
Maka sepatutnya untuk menggabungkan antara yang ini
dan yang itu.
Dan pihak lainnya yang menaruh perhatian terhadap
ilmu namun tidak menaruh perhatian dalam al-jarh
wat ta'dil, maka pihak tersebut dalam pandanganku adalah LEBIH BAIK
daripada pihak yang pertama.
Dikarenakan pihak pertama masuk dalam perkara yang
bukan kapasitas dia untuk masuk padanya, akan tetapi pun pihak yang kedua
teranggap telah meruntuhkan bagian yang penting -dalam sunnah-.
Dan karya tulis saudara kita Bakr bin Abdillah Abu
Zaid -berjudul- «pengelompokan manusia antara prasangka dan yakin» teranggap
yang paling buruk dari seluruh karya tulis yang beliau tulis, banyak dari
karya-karya tulis beliau alhamdulillah termasuk karya-karya tulis yang terbaik,
maka semoga Allah membalas beliau dengan kebaikan.....................
(kemudian asy-syaikh Muqbil menyebutkan dalil-dalil
tentang ilmu al-jarh wat ta'dil)
Maka orang-orang yang zuhud terhadap bidang al-jarh wat ta'dil maka dia telah zuhud
terhadap sunnah .......................
Maka aku katakana, tidaklah seseorang zuhud terhadap
ilmu ini melainkan seorang yang bodoh atau seorang yang dalam hatinya ada
dendam atau seseorang yang mengetahui bahwa dirinya majruh sehingga dia
memalingkan orang dari al-jarh wat ta'dil
dikarenakan dia mengetahui bahwa dirinya merupakan seorang yang majruh.
Allah enggan kecuali memberikan pertolongan kepada
agamaNya, dan untuk meninggikan kalimatNya dan untuk menampakkan kebenaran.
Maka jadilah ahlus sunnah dengan al-jarh wat ta'dil, seakan-akan mereka
sebelumnya tertidur, maka Allah memudahkan bagi mereka dengan sosok yang
membangunkan mereka.
Sebelumnya mereka tidak berbicara tentang al-jarh wat ta'dil, seakan-akan yang
demikian itu khusus di zamannya Al-Bukhari dan Muslim. Sekarang, tidakkah kita
men-jarh orang-orang yang menyatakan bahwa demokrasi itu tidak bertentangan
dengan Islam ?!
Bukankah merupakan sebuah fakta untuk orang seperti
itu di-jarh dan dijelaskan kepada
manusia bahwa orang seperti itu merupakan dajjal diantara para dajjal ?! sekarang,
tidakkah di-jarh orang-orang yang melakukan pencelaan terhadap para ulama kaum
muslimin ?!
Maka bagaimana bisa para ulama kita yang mulia
dicela dan kita diam saja dari yang demikian ?! Maka sepatutnya untuk
menggabungkan antara yang ini dan yang itu (antara ilmu dan jarh di atas
keilmuan)
[Fadhoih Wa Nashoih, hal 111 - 117]
Thulabul Ilmi Yaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar